mungkinn ini saatnya... untuk aku memahami bahwa aku memang terlalu berharap pada sesuatu yang tak kembali, baiklah secara perlahan akan aku coba untuk meninggalkan hari* percumaku, dimana aku hanya menangis, tapi entah apa yang aku tangisiiii.. jjur aku kecewa pada diriku...banyak hal yang kulalui tapi tak memberiku suatu yang bisa membuatku lega
apa aku salah.... dari duluu ku sellu begini tnpa adanya perubahan
aku selalu percaya yang namanya kan indah pada waktunya,, tapii kapan?
herannya aku masih bisa bertahan namun aku juga tertekan
aku berharap nanti ada hari dimana aku berdiri lega,, tak seprtii skarang,, akan berputar arah dari apa yg trjadi skarang
aminnnn
Senin, 16 Februari 2015
Rabu, 11 Februari 2015
maulid nabi MUHAMMAD
Assalamualaikum wr. wb
Memperingati
Maulid (kelahiran) Nabi Muhammad SAW
Umat islam di berbagai penjuru dunia
sangat bersuka cita dengan masuknya bulan Rabiul Awwal, atau biasa disebut
banyak orang sebagai bulan "Maulid". Memang hal ini layak dan pantas
sebab pada bulan inilah terjadinya Maulid (kelahiran) Nabi yang paling mulia,
Nabi yang meliputi alam semesta dengan Risalah dan Rahmat-nya, Nabi yang paling
banyak mendapat fadhail (keutamaan) dan keistimewaaan, beliaulah Nabi kita,
Sayyiduna Muhammad bin Abdillah SAW.
Kemudian, bermula dari bulan kelahiran Nabi Muhammad inilah saat ini kaum muslimin serentak di berbagai daerah mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad, hampir sebulan penuh mereka mengisi hari-hari tersebut dengan mengumpulkan orang-orang membaca kitab Maulid, bersholawat, memuji Rasulullah dan mendengarkan ceramah agama kemudian menikmati hidangan.
Kesemuanya itu tidak lain adalah perwujudan kesenangan hatinya menyambut datangnya bulan yang mulia ini. Yang ujung-ujungnya bahwa semua ini adalah realisasi dari kecintaannya kepada Rasulullah saw.
Semua yang berkaitan dan berhubungan dengan beliau saw menjadi mulia. Semua yang dinisbatkan kepada beliau menjadi terhormat. Ini semata-mata karena kemuliaan dan kehormatan beliau SAW. Hari senin menjadi mulia karena pada hari itu dilahirkan Nabi Muhammad, Nabi yang paling mulia, bulan Rabiul Awwal menjadi bulan yang agung, ditunggu-tunggu kehadirannya oleh kaum muslimin, sebagaimana mereka menunggu Ramadhan, karena pada bulan Rabiul Awwal ini dilahirkan Nabi Muhammad yang ditunggu-tunggu seluruh alam persada. Karena beliaulah Nabi pembawa dan penyebar Rahmat untuk sekalian alam.
Telah menjadi kebiasaan dan tradisi di kalangan salafus Saleh setelah abad ke 3 Hijriyah merayakan peringatan maulid Nabi Saw yang agung. Mereka menghidupkan malam maulid dengan berbagai macam ketaatan dan ibadah pendekatan kepada Allah seperti memberi makan takir miskin, membaca Al Quran, membaca zikir-zikir, melantunkan puisi-puisi dan pujian-pujian tentang Rasulullah Saw.
Hal ini ditegaskan oleh beberapa ulama seperti Al-Hafizh Ibnu Jauzi, Al-Hafizh Ibnu Katsir, Al Hafizh Ibnu Dihyah Al-Andalusi, Al-Hafizh Ibnu Hajar, dan Sang Penutup huffazh (para penghapal hadits dalam jumlah yang sangat banyak) Jalaluddin Al-Suyuthi, semoga Allah Swt melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka.
Peringatan maulid semacam ini sudah dilakukan oleh kaum muslimin sejak zaman dahulu seperti yang telah kami sebutkan. Para imam, ulama dan masyarakat awam pun ikut memeriahkannya. Namun akhir-akhir ini banyak kita mendengar beberapa kelompok yang menyatakan bahwa peringatan Maulid ini adalah bid'ah yang mengarah kepada kesesatan dan akhirnya menuju neraka. Mereka kemudian memakai dalil yang mereka miliki untuk menguatkan pendapatnya ini. Diantaranya mereka berkata bahwa Peringatan seperti ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad dan para sahabat. Peringatan seperti ini hanya membuang-buang waktu dan harta (Israaf) dan lain sebagainya.
Benarkah argument ini?. Lantas apakah kegiatan yang sudah turun-temurun, generasi demi generasi ini harus dibubarkan dan dinyatakan sebagai kegiatan yang menyalahi agama dan pelakunya akan terseret dalam kesesatan?, Tentu tidak!.
Kita pun disini akan mengemukakan beberapa dalil dan alasan yang menguatkan diperbolehkannnya melakukan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Sebenarnya sudah banyak ulama menulis dalam karya mereka kitab khusus yang membahas masalah ini dan semuanya sudah sangat jelas dan akurat bahwa peringatan seperti itu boleh-boleh saja atau bahkan sangat dianjurkan apalagi di zaman seperti ini, zaman dimana-mana fitnah bertebaran, maksiat meraja lela. Dan bahkan jika dilihat bahwa di dalam kegiatan itu ada pembacaan sholawat, al Quran, dan lain sebagainya, maka itu adalah ibadah. Artinya kegiatan yang didalamnya dilakukan ibadah.
Akan tetapi bukan berarti bahwa Beliau sama sekali tidak memperingati atau mengenang Maulid (Kelahiran) beliau, Beliau saw melakukannya, hanya saja beliau ungkapkan perasaan gembira tersebut dengan cara berpuasa. Seperti dalam hadits riwayat Imam Muslim, beliau saw ditanya tentang puasa Senin yang beliau lakukan, beliau menjawab, "Pada hari itu aku dilahirkan dan pada hari itu aku diturunkan wahyu".
Hadits diatas menunjukkan bahwa beliau senang dan bersuka cita akan hari kelahirannya walaupun kesenangan beliau ini diwujudkan dengan puasa, sedangkan kita menunjukkan kesenangan tersebut dengan cara mengumpulkan orang-orang untuk membaca Sholawat, Al Quran, memuji beliau, berdzikir dan bersedekah. Memang bentuk perayaannya berbeda tapi tujuannya sama.
Dan hukum dasar berkumpul untuk menyemarakkan syiar maulid adalah sunnah dan qurbah (ibadah mendekatkan diri kepada Allah). Sebab kelahiran Nabi Saw merupakan nikmat terbesar untuk kita, dan syariat memerintahkan kita untuk mengungkapkan rasa syukur atas nikmat yang kita peroleh.
Tidak ragu lagi bahwa kelahiran Nabi Saw termasuk hari-hari Allah, sehingga memperingatinya berarti melaksanakan perintah Allah. Perkara yang demikian bukanlah bid'ah, tetapi merupakan sunnah hasanah (tradisi baik), sekalipun tidak pernah ada pada masa Rasulullah Saw
Kita merayakan kelahiran Nabi Muhammad Saw karena kita mencintainya. Dan bagaimana kita tidak mencintainya, sedangkan seluruh alam semesta mengenal dan mencintainya. Ingatlah hadits tentang sebatang pohon karma yang tak bernyawa, betapa ia menyayangi dan mencintai Nabi Saw serta rindu untuk selalu dekat dengan Nabi Saw yang mulia, bahkan menangis sejadi-jadinya karena rindu kepada Nabi Saw.
Kemudian, bermula dari bulan kelahiran Nabi Muhammad inilah saat ini kaum muslimin serentak di berbagai daerah mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad, hampir sebulan penuh mereka mengisi hari-hari tersebut dengan mengumpulkan orang-orang membaca kitab Maulid, bersholawat, memuji Rasulullah dan mendengarkan ceramah agama kemudian menikmati hidangan.
Kesemuanya itu tidak lain adalah perwujudan kesenangan hatinya menyambut datangnya bulan yang mulia ini. Yang ujung-ujungnya bahwa semua ini adalah realisasi dari kecintaannya kepada Rasulullah saw.
Semua yang berkaitan dan berhubungan dengan beliau saw menjadi mulia. Semua yang dinisbatkan kepada beliau menjadi terhormat. Ini semata-mata karena kemuliaan dan kehormatan beliau SAW. Hari senin menjadi mulia karena pada hari itu dilahirkan Nabi Muhammad, Nabi yang paling mulia, bulan Rabiul Awwal menjadi bulan yang agung, ditunggu-tunggu kehadirannya oleh kaum muslimin, sebagaimana mereka menunggu Ramadhan, karena pada bulan Rabiul Awwal ini dilahirkan Nabi Muhammad yang ditunggu-tunggu seluruh alam persada. Karena beliaulah Nabi pembawa dan penyebar Rahmat untuk sekalian alam.
Telah menjadi kebiasaan dan tradisi di kalangan salafus Saleh setelah abad ke 3 Hijriyah merayakan peringatan maulid Nabi Saw yang agung. Mereka menghidupkan malam maulid dengan berbagai macam ketaatan dan ibadah pendekatan kepada Allah seperti memberi makan takir miskin, membaca Al Quran, membaca zikir-zikir, melantunkan puisi-puisi dan pujian-pujian tentang Rasulullah Saw.
Hal ini ditegaskan oleh beberapa ulama seperti Al-Hafizh Ibnu Jauzi, Al-Hafizh Ibnu Katsir, Al Hafizh Ibnu Dihyah Al-Andalusi, Al-Hafizh Ibnu Hajar, dan Sang Penutup huffazh (para penghapal hadits dalam jumlah yang sangat banyak) Jalaluddin Al-Suyuthi, semoga Allah Swt melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka.
Peringatan maulid semacam ini sudah dilakukan oleh kaum muslimin sejak zaman dahulu seperti yang telah kami sebutkan. Para imam, ulama dan masyarakat awam pun ikut memeriahkannya. Namun akhir-akhir ini banyak kita mendengar beberapa kelompok yang menyatakan bahwa peringatan Maulid ini adalah bid'ah yang mengarah kepada kesesatan dan akhirnya menuju neraka. Mereka kemudian memakai dalil yang mereka miliki untuk menguatkan pendapatnya ini. Diantaranya mereka berkata bahwa Peringatan seperti ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad dan para sahabat. Peringatan seperti ini hanya membuang-buang waktu dan harta (Israaf) dan lain sebagainya.
Benarkah argument ini?. Lantas apakah kegiatan yang sudah turun-temurun, generasi demi generasi ini harus dibubarkan dan dinyatakan sebagai kegiatan yang menyalahi agama dan pelakunya akan terseret dalam kesesatan?, Tentu tidak!.
Kita pun disini akan mengemukakan beberapa dalil dan alasan yang menguatkan diperbolehkannnya melakukan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Sebenarnya sudah banyak ulama menulis dalam karya mereka kitab khusus yang membahas masalah ini dan semuanya sudah sangat jelas dan akurat bahwa peringatan seperti itu boleh-boleh saja atau bahkan sangat dianjurkan apalagi di zaman seperti ini, zaman dimana-mana fitnah bertebaran, maksiat meraja lela. Dan bahkan jika dilihat bahwa di dalam kegiatan itu ada pembacaan sholawat, al Quran, dan lain sebagainya, maka itu adalah ibadah. Artinya kegiatan yang didalamnya dilakukan ibadah.
Akan tetapi bukan berarti bahwa Beliau sama sekali tidak memperingati atau mengenang Maulid (Kelahiran) beliau, Beliau saw melakukannya, hanya saja beliau ungkapkan perasaan gembira tersebut dengan cara berpuasa. Seperti dalam hadits riwayat Imam Muslim, beliau saw ditanya tentang puasa Senin yang beliau lakukan, beliau menjawab, "Pada hari itu aku dilahirkan dan pada hari itu aku diturunkan wahyu".
Hadits diatas menunjukkan bahwa beliau senang dan bersuka cita akan hari kelahirannya walaupun kesenangan beliau ini diwujudkan dengan puasa, sedangkan kita menunjukkan kesenangan tersebut dengan cara mengumpulkan orang-orang untuk membaca Sholawat, Al Quran, memuji beliau, berdzikir dan bersedekah. Memang bentuk perayaannya berbeda tapi tujuannya sama.
Dan hukum dasar berkumpul untuk menyemarakkan syiar maulid adalah sunnah dan qurbah (ibadah mendekatkan diri kepada Allah). Sebab kelahiran Nabi Saw merupakan nikmat terbesar untuk kita, dan syariat memerintahkan kita untuk mengungkapkan rasa syukur atas nikmat yang kita peroleh.
Tidak ragu lagi bahwa kelahiran Nabi Saw termasuk hari-hari Allah, sehingga memperingatinya berarti melaksanakan perintah Allah. Perkara yang demikian bukanlah bid'ah, tetapi merupakan sunnah hasanah (tradisi baik), sekalipun tidak pernah ada pada masa Rasulullah Saw
Kita merayakan kelahiran Nabi Muhammad Saw karena kita mencintainya. Dan bagaimana kita tidak mencintainya, sedangkan seluruh alam semesta mengenal dan mencintainya. Ingatlah hadits tentang sebatang pohon karma yang tak bernyawa, betapa ia menyayangi dan mencintai Nabi Saw serta rindu untuk selalu dekat dengan Nabi Saw yang mulia, bahkan menangis sejadi-jadinya karena rindu kepada Nabi Saw.
Langganan:
Postingan (Atom)